Aku Menikmatinya Walaupun Terpaksa

0


Sebagai keluarga dari kalangan atas, menghabiskan waktu liburan berbintang lima di Nusa Dua Bali bukanlah masalah bagi keluarga Melinda. Selama beberapa hari Melinda menghabiskan waktu liburan dengan suami dan dua orang anaknya disana. Setelah beberapa hari, suami Melinda mengajaknya untuk ke Lombok. Tapi dengan alasan Melinda merasa bosan dengan tempat itu, juga perjalanan dengan kapal fery yang yang cukup makan waktu, maka Melinda menolak ajakan suaminya itu.


Akhirnya suami dan kedua anaknya segera menuju Lombok tanpa Melinda. Melinda, 31 tahun, walau sudah punya anak dua orang tapi penampilan dan gayanya mirip dengan layaknya gadis kota masa kini. Wajah sangat cantik, putih, dan tubuh sintal selalu membuat lelaki manapun akan tertarik. Salah satu nilai lebih dari rumah tangga Melinda adalah kebebasan yang diberikan suaminya kepada Melinda untuk boleh bergaul atau jalan dengan siapa saja asal Melinda selalu jujur kepada suaminya itu. Hal ini terjadi karena suaminya sangat tahu akan libido Melinda yang sangat tinggi hingga suaminya agak kewalahan dalam melayani kebutuhan seksual Melinda. Dan nilai lebih dari Melinda adalah kejujuran kepada suaminya bila dia jalan dan main dengan pria lain.

Pagi itu di restoran hotel, ketika Melinda sedang makan pagi..

“Hei”, terdengar suara diiringi dengan tepukan tangan di pundak Melinda.

“Hei, Asti.. Ardi.. Pak Ferdy..”, sahut Melinda senang ketika melihat mereka bertiga.

“Mana suamimu?”, tanya Asti. “Sedang ke Lombok dengan anakanak”, jawab Melinda.

“Duduklah di sini, temani aku makan..”, kata Melinda.

Mereka pun segera duduk dan makan pagi bersama satu meja. Asti dan Ardi adalah teman bisnis suami Melinda di Jakarta, sedangkan Ferdy adalah seorang dokter, duda, yang jadi dokter keluarga Melinda. Ferdy dikenalkan kepada keluarga Melinda oleh Asti dan Ardi dulunya.

“Nanti malam kita turun yuk? Kita habiskan malam bersama di diskotik”, ajak Ardi kepada Melinda.

“Entahlah..”, kata Melinda.

“Loh kenapa? Ayolah Bu Melinda, kita sekalisekali bergembira bersama”, kata Ferdy ikut menyela sambil tersenyum menatap Melinda.

“Ikutlah, Melinda.. Masa cuma aku seorang ceweknya..”, kata Asti.

“Baiklah kalau begitu.. Aku ikut”, kata Melinda sambil tersenyum.

“Kamu tinggal di kamar berapa?”, tanya Ardi kepada Melinda.

“Aku di suite room..”, kata Melinda sambil menyebutkan nomor kamarnya.

“Ha? Kalau begitu kita bersebelahan dong..”, kata Asti sambil menyebutkan nomor kamar mereka.

“Yee.. Kok aku tidak tahu, ya? Kapan kalian check in?”, tanya Melinda.

“Semalem. Tadinya kami mau tinggal di kamar lain, tapi karena sudah penuh, akhirnya kami ditunjukkan kamar yang masih pada kosong..”, kata Ardi.

“Tau nggak kalau kamar kita terhubung oleh connecting door?”, kata Melinda kepada Asti.

“Iya? Berarti kita bisa kumpul kumpul nih..”, kata Asti girang.

“Oke deh, Melinda.. Nanti malam kita pergi bareng ke Diskotik, ya?, ujar Ardi.

“Aku bawa minuman enak dari Perancis nanti..”, kata Ardi lagi.

“Baiklah. Kalian pada mau kemana?”, tanya Melinda.

“Kami ada keperluan dulu. Bye..”, kata Asti sambil bangkit diikuti Ardi dan Andi, lalu mereka pergi.

Malamnya, dengan memakai Tshirt ketat plus rok katun sangat mini sehingga paha mulusnya tampak dengan indah, Melinda berangkat dengan mereka ke diskotik.

“Kita minum dulu deh biar hangat”, kata Ardi sambil menuang minuman bawaannya ke dalam gelas dan disodorkan kepada Melinda.

“Okay.. Siapa takut..”, kata Melinda sambil meneguk minumannya.

“Hm.. Enak.. Manis.. Give me more, please.”, kata Melinda kepada Ardi.

Ardipun segera menuang lagi minuman ke gelas Melinda yang sudah kosong.

“Jangan terlalu banyak, Melinda.. Nanti kamu jadi hot, loh..”, kata Asti sambil tertawa.

Mereka tertawatawa sambil menikmati minuman berakohol diiringi lagu yang diputar DJ.


“Turun, yuk..”, ajak Ferdy kepada Melinda.

“Ayo..”, kata Melinda sambil bangkit.

Perasaannya sudah mulai terpengaruh alkohol. Akhirnya Asti dan Ardi serta Melinda dan Ferdy melantai mengikuti hentakan irama yang cepat. Sampai akhirnya ketika lagu berganti ke irama slow, Melinda dan Ferdy saling berangkulan dan berdansa mengikuti alunan irama lagu.

“Mmhh..”, Melinda mendesah hampir tak tedengar ketika dadanya bersentuhan dengan dada Ferdy.

Entah karena pengaruh alkohol atau memang karena libido Melinda yang tinggi, puting susu Melinda mengeras dan makin mengeras ketika dadanya bersentuhan dengan badan Ferdy. Gairah Melinda bangkit karenanya. Tapi Melinda masih bisa menahan dirinya. Mereka terus menikmati waktu yang ada sambil meneguk minuman hingga wajah mereka memerah. Melinda benarbenar menikmati malam itu selagi bisa bebas dari beban pekerjaan dan anakanaknya. Sampai ketika waktu menunjukkan jam 1.00 pagi mereka segera pulang ke hotel.

“Kita ngobrol di kamar saja, yuk?”, kata Ardi.

“Okay.. Nanti aku buka connecting doornya”, kata Melinda sambil berlalu menuju kamarnya.

Sementara Asti, Ardi dan Ferdy masih duduk duduk di lobby.

Sesampainya di kamar, Melinda segera membuka connecting doornya, lalu dia ketuk pintu sebelahnya. Tidak ada jawaban.

“Ah, masih pada di bawah barangkali..”, pikir Melinda sambil merebahkan badannya di ranjang.

Hampir setengah jam menunggu, ternyata mereka tidak datang juga. Akhirnya Melinda memutuskan untuk berendam air hangat dan mandi selama beberapa menit.

“Hei.. Sorry kami kelamaan..”, suara Asti yang tibatiba masuk kamar mandi mengagetkan Melinda yang baru saja memakai kimono.

“Ardi dan Ferdy di ruang tengah..”, kata Asti lagi sambil agak sempoyongan.

“Kamar kamu enak juga ada ruang tamunya.. Kita bisa ngobrol disini..”, kata Asti lagi.

“Shit!! Ngapain kumpul di kamar aku?”, bisik hati Melinda.

“Hei perempuan! Cepatlah kemari.. Kita habiskan sisa minuman tadi”, terdengar suara Ardi memanggil.

Akhirnya mereka berempat lagilagi meneguk bergelas alkohol yang dibawa Ardi.

“Ohh.. Gawat! Kenapa aku jadi pengen..”, hati Melinda berbisik ketika pengaruh alkohol mulai menjalar di tubuhnya.

Terasa oleh Melinda buah dada serta puting susunya mulai mengeras lagi, sementara memeknya terasa berdenyut basah menahan gairah..

“Aku akan hirup udara segar dulu..”, kata Melinda sambil bangkit agak terhuyung menuju teras.

Dihirupnya udara malam dalamdalam untuk mengurangi sesuatu di dalam tubuhnya yang mulai menggoda imannya.

“Ohh..”, tiba tiba terdengar suara Ardi mendesah keras dari dalam.

Melinda segera melongokan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi.


“Oh my God!”, batin Melinda ketika melihat apa yang terjadi. Gairah dan denyutan memeknya semakin terasa menggoda.

Di depan matanya, Melinda melihat bagaimana Asti berciuman dengan suaminya di kursi sambil tangannya mengocok penis Ardi yang sudah tegak. Celana Ardi hanya dibuka dan diperosotkan sebatas pahanya saja.

“Ohh.. Cepat hisap kontol aku, bitch!”, kata Ardi kepada Asti.

Dengan serta merta Asti menurunkan kepalanya, lalu dengan segera penis Ardi sudah dilahapnya sambil tetap dikocok pelan.

“Ooh..”, desah Ardi ketika lidah Asti menjilati kepala penisnya sambil batangnya tetap dikocok tangan Asti.

“Apa yang harus aku lakukan?”, batin Melinda ketika melihat penis Ardi yang basah di jilat dan dihisap mulut Asti.

Gairahnya semakin memuncak. Dengan mata agak nanar terus dilihatnya Asti dan Ardi. Antara sadar dan tidak, tak terasa oleh Melinda ketika Ferdy menempelkan tubuhnya dari belakang. Tangan Ferdy menyusuri kaki Melinda dari betis sampai paha lalu naik ke pantat Melinda yang belum sempai memakai pakaian dalam sejak selesai mandi tadi..

“Hei! Pak Ferdy ngapain?!”, kata Melinda kaget sambil menepis tangan Ferdy dari pantatnya.

“Kita samasama tahu sama sama mau kan..”, kata Ferdy sambil mendekati Melinda.


==>> Halaman 2



Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)